Selasa, 15 Februari 2011
BEKERJA DARI RUMAH TANPA HARUS MENINGGALKAN KELUARGA
BEKERJA DARI RUMAH TANPA HARUS MENINGGALKAN KELUARGA
Saat ini banyak peluang di mana-mana untuk mencari rezeki tidak harus keluar rumah hanya bermodal PC minimal Rp. 3000.000,00 (tiga juta rupiah) sudah bisa menjangkau dunia, bukan hal biasa tapi ini sungguh-sungguh terjadi, khususnya bagi Ibu Rumah Tangga sangat berpeluang sekali dalam hal menambah rezeki tetapi tidak perlu meninggalkan tanggungjawab sebagai Ibu Rumah Tangga di rumah,
Tanpa ada batas dalam hal berkomunikasi dengan syarat : KEJUJURAN HARUS TERUS DIPEGANG SEBAGAI DASAR BISNIS ON LINE" , sehingga memungkinkan dengan menggunakan Jaringan Sosial Facebook...semua informasi akan tersebar hingga seluruh dunia.
Kami mengusulkan untuk mulai sekarang menghargai seseorang bukan dari nilai tingginya Lulusan Sekolah tetapi bagimana mengelola kecerdasan menjadi titik temu dalam mencari rezeki yang halal.
Semoga bermanfaat...terus maju membangun negeri Indonesia dengan cara cerdas dan santun
Kami Komunitas BUSINESS & ENTREPRENEURSHIP - HP: 085326739300
email:Wahyu_basf@yahoo.co.id, wbasuki1@gmail.com,w_basuki@rocket.com, airwb@hotmail.com
Alamat Komunitas Rumah Cerdas : PLAOSAN RT 02 RW 20 TLOGOADI MLATI SLEMAN YOGYAKARTA 55286 INDONESIA
Kami membantu mengatasi Pengangguran yang luar biasa di Indonesia ini dengan saling membagi pengalaman bersama....
Rabu, 09 Februari 2011
BAGAIMANA PEMAHAMAN KARAKTER PEMBELAJAR SUKSES
BAGAIMANA PEMAHAMAN
KARAKTER PEMBELAJAR
SUKSES
1. Jujur
Jujur pada diri sendiri menghindarkan diri dari perasaan tidak nyaman karena dikuasai pikiran negatif. Kejujuran pada diri sendiri merupakan awal dari upaya berperilaku jujur pada orang lain. Satu hal penting yang sangat diharapkan dalam mengungkapkan kejujuran adalah tidak menyakiti orang lain. Menyatakan kejujuran dengan sopan, sadar waktu dan sadar situasi akan sangat membantu tujuan ini. Dengan berperilaku jujur, kita akan terhindar dari berbagai pengaruh negatif yang timbul akibat kesalahpahaman dan konflik yang terjadi. Kejujuran tidak hanya terbatas dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga dalam kehidupan akademik.
2. Cerdas
Cerdas merupakan kemampuan untuk belajar memahami, memutuskan dan beropini berdasarkan alasan tertentu. Orang cerdas dilukiskan sebagai sosok dengan dua sifat . Pertama, orang cerdas mempunyai kemampuan belajar dari pengalaman. Orang cerdas akan senantiasa belajar dari kesalahan yang dibuatnya dan tidak mengulangi kesalahan yang sama secara terus menerus. Kedua, sifat yang dimiliki orang cerdas adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Orang yang cerdas adalah orang yang memiliki dan menggunakan secara seimbang kemampuan berfikir secara analitis, kreatif dan praktis.
3. Berwawasan Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan seni atau cara mempengaruhi orang ( baik diri sendiri maupun orang lain ) dalam mencapai suatu tujuan. Sebelum mampu memimpin orang lain, seseorang harus mampu memimpin dirinya sendiri. Sebagai pemimpin ketika berada di depan,di tengah, dan di belakang harus fleksibel.
4. Berorientasi Jangka Panjang
Orang yang berperilaku jangka pendek tidak berfikir mengenai dampak yang akan terjadi sebagai akibat tindakan yang dilakukannya, sedangkan orang yang berperilaku dengan berorientasi jangka panjang, tidak hanya sekedar memikirkan hasil (out put) saja tetapi juga berpikir mengenai dampak (out come). Mereka yang berperilaku jangka panjang berorientasi pada keuntungan yang akan di dapat pada jangka panjang, yang biasanya lebih bersifat permanen dan berkelanjutan. Perilaku yang berorientasi jangka panjang biasanya didasarkan pada suatu cita-cita atau angan-angan terhadap suatu hal.
5. Peduli
Sebagai makhluk sosial seseorang tidak dapat melepaskan diri orang lain. Saudara sendiri, tetangga, teman karib maupun masyarakat luas, itulah dunia sosialnya. Begitu juga kehidupan seorang mahasiswa dalam komunitas di perguruan tinggi, ia tidak bisa menghindari teman seangkatan, teman lain angkatan, dosen, serta karyawan. Bahkan ia juga tidak dapat menghindar dari masyarakat kampus serta masyarakat pada umumnya. Rasa peduli sebenarnya tidak hanya terbatas ditujukan kepada nasib sesama. Kita juga harus memberikan perhatian kepada lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik.
6. Berbudaya
Sebagai calon pemimpin bangsa, mahasiswa semestinya tidak mementingkan sifat-sifat kedaerahan dalam menanggapi problem masyarakat. Oleh karena itu, maka mahasiswa perlu menumbuhkan budaya pancasila yang ditandai dengan sikap toleran dan saling menghormati, jiwa dan semangat kebangsaan, serta sikap mendukung keutuhan bangsa dan negara.
7. Berwawasan Kewirausahaan
Oleh karena kewirausahaan berkaitan dengan suatu semangat, sikap dan perilaku dalam menciptakan sesuatu yang baru maka kewirausahaan dapat dilakukan di dalam sebuah organisasi (intrapreneurship) dan di luar organisasi atau membuka sebuah usaha (entrepreneurship). Jadi, istilah kewirausahaan tidak hanya sebatas usaha bisnis saja, tetapi semangat kewirausahaan merupakan suatu “virus” baru bagi mahasiswa pembelajar yang tidak ingin tergilas oleh roda perubahan. Bergabung dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan, baik yang bersifat ilmiah maupun non ilmiah membutuhkan energi besar. Namun hal ini adalah investasi bagi diri sendiri yang merupakan tabungan yang panjang.
Hard Skill and Soft Skill Apa itu Hard Skill ? dan Apa itu Sof Skill ?
Hard Skill adalah skill yang berdasarkan bidang yang betul-betul dia menjadi pakar di dalamnya. contohnya jika dia adalah seorang ekonom, maka dia seharusnya menguasai konsep-konsep atau teori-toeri tentang ilmu ekonomi serta dapat melakukan analisa terhadap persoalan-persoalan yang menjadi kepakaran dia.
Soft Skill Wah Kira-kira sih artinya kemampuan untuk berinteraksi dengan manusia lain. Ya sesama mahasiswa, kolega dll.
Baik hard skill maupun soft skill dua-duanya sangatlah penting, karena manusia pasti berinteraksi dengan manusia lain, baik di pekerjaan, di sekolah atau kuliah, di toko maupun pasar.
Pentingnya softskill tidak perlu diragukan, bagamana tidak seseorang yang genius sekalipun akan membutuhkan kemampuan soft skill ini. misalkan ada seseorang yang memiliki kepakaran yang handal di bidang elektronika, maka untuk dia bisa bekerja di bidangnya maka dia terlebih dahulu akan diuji dan diwawancarai oleh pemimpin atau bagian HRD suatu perusahaan, di saat wawancara itu dia harus berhasil mengkomunikasikan dengan baik apa yang dia tawarkan kepada perusahaan tempat dia akan bekerja.
di situlah awal kita tahu bahwa walaupun seseorang memiliki kejeniusan terhadap suatu bidang tanpa didukung oleh kemampuan bernegosiasi yang baik maka orang tersebut bisa menemui kesulitan ketika di suatu waktu dia harus berinteraksi dengan orang lain.
keyword : Hard Skill, Soft Skill, Negotiation, Emotional Spiritual Quotion
Terampil Saja Tak Cukup [intisari] Feb 7, '06 9:43 AM
for everyone
Di dalam ilmu bisnis, ada sebuah guyonan: Agar bisa sukses, Anda tak perlu pintar-pintar. Cukup rekrutlah orang-orang yang lebih pintar dari Anda. Gaji dan arahkan mereka untuk mencapai tujuan Anda.
Guyonan ini sekilas mungkin terdengar konyol dan berlebihan, bahkan mungkin keji. Tapi jika kita lihat sisi cerdiknya, petuah lucu ini tak sepenuhnya mengada-ada. Kemampuan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan adalah sebuah modal mahal dalam organisasi apa pun. Tidak semua orang memiliki kemampuan, yang oleh para ahli manajemen disebut kepemimpinan (leadership ) ini. Tak berlebihan jika dikatakan modal ini bisa mengantarkan pemiliknya menuju sukses.
Agar bisa sukses menjalankan bisnis, katakanlah bisnis perangkat komputer, seorang manajer puncak tak harus menguasai seluk-beluk teknologi komputer. Ia tak harus ahli tentang software ini-itu. Keahlian itu cukuplah dikuasai oleh anak buahnya di lini teknis. Yang ia perlukan adalah kemampuan memimpin orang-orang yang memiliki kemampuan teknis itu.
Dalam kajian psikologi sumber daya manusia (SDM), keahlian teknis digolongkan sebagai hard skill , sementara kepemimpinan tergolong soft skill . “Keduanya penting dan mutlak diperlukan oleh semua karyawan, pada semua level. Yang membedakan adalah kadarnya masing-masing,” terang Helni Widyastuti, konsultan lembaga rekrutmen SDM Auditsi, Jakarta.
Seorang pekerja di lini teknis, misalnya, lebih dituntut untuk menguasai teknologi (hard skill ) daripada kemampuan mengelola orang-orang (soft skill ). Sementara, seorang manajer lebih dituntut sebaliknya.
Tidak kasatmata
Sesuai namanya, hard skill berkaitan dengan sesuatu yang tampak dan terukur. Sementara, soft skill lebih berkaitan dengan sesuatu yang tak tampak dan sulit diukur.
Sekadar contoh, profesi akuntan di sebuah perusahaan. Supaya bisa menjalankan profesinya, dia harus menguasai teknik akunting dan bisa mengoperasikan komputer. Dua keterampilan ini adalah contoh hard skill. Kedua jenis keterampilan ini gampang dilihat, diukur, dan biasanya sudah didapat dari bangku kuliah.
Selain itu, ia juga dituntut memiliki ketelatenan, kesabaran, daya adaptasi terhadap kondisi kerja yang monoton, serta ketahanan terhadap stres pada saat beban kerja menumpuk. Kemampuan-kemampuan inilah yang disebut soft skill. Semua kemampuan ini bersifat abstrak, tidak kasatmata, sulit diukur, dan biasanya tidak diajarkan di bangku sekolah maupun kursi kuliah.
Konsep tentang soft skill sebetulnya merupakan pengembangan dari konsep yang selama ini dikenal dengan nama kecerdasan emosional (emotional intelligence ). Masing-masing profesi membutuhkan kombinasi hard skill dan soft skill jenis tertentu. Prioritasnya bisa berbeda-beda, bergantung pada jenis pekerjaanya.
Secara garis besar, soft skill bisa digolongkan ke dalam dua kategori: intrapersonal skill dan interpersonal skill. Intrapersonal skill lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang mengenali diri sendiri, motivasi diri, kerja keras, dan ambisi. Sementara interpersonal skill lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang berinteraksi dengan orang lain. Misalnya, empati, kepemimpinan, kemampuan bernegosiasi, memotivasi dan mengarahkan orang lain.
Karena sifatnya yang kasatmata, hard skill gampang dilihat tanpa harus bertemu dengan orang yang bersangkutan. Kompetensi jenis ini bisa langsung dilihat dari daftar riwayat hidup, pengalaman kerja, indeks prestasi, dan tes praktek.
Tidak demikian halnya dengan soft skill. Kemampuan jenis ini jauh lebih sulit diukur. Biasanya soft skill seseorang baru akan terlihat jelas ketika ia telah berada di lingkungan kerja yang sebenarnya. Pada saat seleksi karyawan, psikolog biasanya mengevaluasi soft skill seseorang melalui alat bantu psikotes dan wawancara yang mendalam.
Interpretasi hasil dari psikotes dan wawancara ini, kata Helni, memang tidak dijamin seratus persen benar, tapi sangat membantu proses evaluasi soft skill seseorang. Dengan evaluasi ini, psikolog terbantu untuk menempatkan the right person in the right place. “Apa pun posisi seorang karyawan, harus ada kombinasi yang sesuai antara hard skill dan soft skill ,” kata Nilawaty Bahar, kolega Helni di Auditsi.
Rahasia eksekutif dunia
Di kalangan para praktisi SDM, pendekatan ala hard skill semata-mata kini sudah ditinggalkan. Percuma jika hard skill oke tapi soft skill buruk. Ini bisa kita lihat dari iklan-iklan lowongan kerja yang kita jumpai setiap hari di koran:
Dibutuhkan, seorang manajer pemasaran; Lulusan minimal S-1; pengalaman minimal 3 tahun di bidang pemasaran; Lancar berkomunikasi dalam bahasa Inggris; Bisa bekerja dalam tim; Punya kemampuan negosiasi yang baik; bisa bekerja dalam tekanan; dan seterusnya.
Tiga syarat pertama (sarjana, pengalaman, dan kemampuan berbahasa Inggris) mewakili unsur hard skill . Sementara tiga syarat terakhir (kemampuan kerja tim, negosiasi, dan tahan stres) mewakili unsur soft skill . Tanpa didukung soft skill yang baik, hard skill hanya akan menjadi keterampilan kerja yang tak begitu diperlukan perusahaan.
Ini sering kita jumpai saat proses seleksi karyawan. Tak jarang, peserta tes yang nilai akademik dan kemampuan bahasa Inggrisnya lebih top, dipecundangi oleh peserta lain yang nilai akademik dan kemampuan bahasa inggrisnya lebih rendah. Fenomena macam ini tak terlalu mengherankan jika kita melihatnya dari aspek soft skill
Ini tidak berarti hard skill kurang begitu penting. hard skill tetap faktor penting dalam bekerja. Namun, keberhasilan seseorang dalam bekerja biasanya lebih ditentukan oleh soft skill yang baik.
David McClelland, psikolog kawakan dari Boston University, bahkan berani berfatwa, faktor utama keberhasilan para eksekutif kelas dunia adalah kepercayaan diri, daya adaptasi, kepemimpinan, serta kemampuan mempengaruhi orang lain. Semua faktor ini tidak lain, tak bukan, adalah soft skill
Saat perekrutan karyawan, banyak perusahaan lebih memilih mereka yang punya kepribadian lebih baik, meskipun hard skill -nya lebih rendah. Alasannya sederhana: pelatihan keterampilan jauh lebih mudah daripada pembentukan karakter. Jika seseorang memiliki motivasi belajar yang kuat (soft skill ), keterampilan apa pun menjadi gampang dipelajari. Sebaliknya, jika seseorang kurang memiliki motivasi, ia akan cenderung berpuas diri dengan kondisi yang stagnan.
Bisa dipelajari
Idealnya memang seorang karyawan memili hard skill oke, didukung oleh soft skill tangguh. Jika dua unsur ini bisa berada dalam satu pribadi, tak berlebihan bila dikatakan ia adalah sumber daya unggul pemilik masa depan. Para ahli manajemen percaya, jika ada dua orang dengan bekal hard skill yang sama, maka yang akan menang di masa depan adalah dia yang memiliki soft skill lebih baik. Ini tak diragukan lagi, kecuali ada faktor kebetulan atau keajaiban.
Pada level bawah, seorang karyawan umumnya tidak menghadapi banyak masalah berkaitan dengan soft skill. Apalagi jika ia berada di posisi operasional dan teknis. Masalah soft skill biasanya menjadi lebih kompleks ketika seseorang berada di posisi manajerial atau ketika ia harus berinteraksi dengan banyak orang.
Tak jarang, seorang karyawan bisa sukses ketika bekerja secara individual, tapi gagal ketika memegang posisi manajerial. Saat bekerja sendiri, ia bisa mengandalkan intrapersonal skill -nya seperti motivasi diri dan kerja keras. Tapi urusan menjadi lain ketika ia harus mengendalikan orang-orang dalam sebuah tim. Motivasi diri saja tak cukup. Harus ditunjang oleh intrapersonal skill, misalnya kepemimpinan, empati, kemampuan memotivasi dan mengarahkan orang lain.
Semakin tinggi posisi manajerial seseorang di dalam piramida organisasi, menurut Helni, soft skill menjadi semakin penting dievaluasi saat proses seleksi. Pada posisi itu, ia dituntut untuk berinteraksi dengan berbagai orang dengan berbagai kepribadian. Saat itulah kecerdasan emosionalnya diuji.
Umumnya kelemahan di bidang soft skill berupa karakter yang melekat pada diri seseorang. Sekadar contoh, orang-orang tertentu memiliki tabiat kerja individual, tak sabaran jika bekerja dengan orang lain, cenderung mengunggulkan keakuannya ketika bekerja dalam tim, atau suka mencari kambing hitam ketika menghadapi masalah bersama.
Sebagai sebuah karakter, kelemahan di bidang soft skill cenderung melekat pada diri seseorang. Butuh usaha keras untuk mengubahnya. Gampang diomongkan, susah dipraktikkan.
Meski demikian, Helni menegaskan, soft skill bukanlah sesuatu yang stagnan. Kemampuan ini bisa diasah dan ditingkatkan seiring dengan pengalaman kerja.
Ada banyak cara meningkatkan soft skill . Salah satunya, lewat learning by doing . Seorang manajer anyar bisa belajar kepemimpinan secara otodidak lewat praktik langsung menjadi manajer. Selain itu, soft skill juga bisa diasah dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan manajemen.
Di buku-buku pengembangan diri, soft skill muncul dalam berbagai bentuk ajaran. Namanya beda-beda tapi semua pada prinsipnya sama. Daniel Goleman mengajarkan kecerdasan emosional. Stephen R. Covey mengajarkan seven habits , dan belakangan eigth habits . Robert T. Kiyosaki mengajarkan How to Win Friends and Influence People.. Jansen Sinamo mengajarkan delapan etos kerja professional . Sementara Ary Ginanjar mengajarkan kecerdasan emosional-spiritua (ESQ). Semua konsep ini, tak lain, adalah pelajaran tentang soft skill
Salah satu cara ampuh meningkatkan soft skill adalah berinteraksi dan melakukan aktivitas dengan orang lain. Kelemahan dalam soft skill mirip tahi mata. Orang lain bisa melihat, tapi kita sendiri tidak mengetahuinya.
Unit Pembelajaran 3
Salahnya dimana?
A. Skenario
Tora, seorang alumni baru FKH UGM, terkejut ketika harus menghadapi ketatnya persaingan untuk memperoleh pekerjaan. Bila dilihat dari segi indek prestasi akademik, Tora merasa memiliki bekal yang sangat cukup untuk bersaing dengan teman-teman seangkatannya. Tetapi, hasil dari 5 kali seleksi yang diikutinya, menunjukkan bahwa keputusan manajemen perusahaan seringkali terbalik dengan prestasi akademik saat kuliah. Dua seleksi menerima beberapa lulusan yang menurutnya memang lebih pintar dibanding dirinya. Namun, dari 3 seleksi lainnya, beberapa calon yang diterima adalah lulusan yang dalam kategori IP, jauh dibawah dirinya. Tora kurang menyadari bahwa disamping penguasaan hard skill, seorang pembelajar dewasa juga harus mengembangkan soft skill seperti learning skill, thingking skill, dan living skill untuk menuju sukses.
B. Merumuskan Sasaran/Tujuan Belajar
1. Pengertian hard skill dan soft skill?
2. Contoh hard skill dan soft skill!
3. Pengertian learning skill, thingking skill dan living skill?
4. Contoh learning skill, thingking skill dan living skill?
5. Bagaimana cara menguasai soft skill?
6. Apa ciri-ciri pembelajar sukses?
7. Apa saja kiat menjadi pembelajar sukses?
C. Belajar Mandiri (Mengumpulkan Informasi)
1. Pengertian hard skill dan soft skill?
Hard Skill adalah kemampuan yang berdasarkan bidang yang benar-benar dikuasai di dalamnya, merupakan kemampuan seseorang dilihat dari kemampuan secara teknikal, jadi berkaitan dengan hal-hal mengenai permasalahan teknis. Hard Skill diperoleh mahasiswa selama mereka mengikuti studi di Perguruan Tinggi, biasanya kemampuan ini terukur dari nilai indeks prestasi mahasiswa.
Soft Skill artinya kemampuan untuk berinteraksi dengan manusia lain, merupakan kemampuan seorang individu yang cenderung ke sikap, atitude, perbuatan, pelayanan dll. Soft Skill berkenaan dengan hal-hal di luar permasalahan teknis. Soft skills tidak terefleksikan lewat angka-angka tetapi pola pikir dan perilaku. Pada dunia yang terus berkembang ke arah kapitalisme dan materialisme, soft skills inilah yang natinya akan laku keras
Para ahli manajemen percaya bahwa bila ada dua orang dengan bekal hard skill yang sama, maka yang akan menang dan sukses di masa depan adalah dia yang memiliki soft skill lebih baik. Mereka adalah benar-benar sumber daya manusia unggul, yang tidak hanya semata memiliki hard skill baik tetapi juga didukung oleh soft skill yang tangguh.
2. Contoh hard skill dan soft skill!
Contoh Hard Skill adalah segala ketrampilan yang dimiliki misalnya ketrampilan penguasaan Bahasa Asing, ketrampilan penguasaan mengenai IT dan lain-lain, seperti profesi akuntan di sebuah perusahaan. Supaya bisa menjalankan profesinya, dia harus menguasai teknik akunting dan bisa mengoperasikan computer.
Contoh Soft Skill meliputi social interaction, ketrampilan teknis dan managerial, kemampuan ini adalah salah satu hal yang harus dimiliki tiap mahasiswa dalam memasuki dunia kerja, misalnya ketelatenan, kesabaran, daya adaptasi terhadap kondisi kerja yang monoton, serta ketahanan terhadap stres pada saat beban kerja menumpuk. Semua kemampuan ini bersifat abstrak, tidak kasatmata, sulit diukur, dan biasanya tidak diajarkan di bangku sekolah maupun kursi kuliah.
3. Pengertian learning skill, thingking skill dan living skill?
a. Learning skill merupakan ketrampilan yang dapat digunakan untuk selalu mengembangkan diri melalui proses belajar yang selalu berkelanjutan.
b. Thingking skill yaitu ketrampilan berpikir untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Thinking skills merupakan suatu keterampilan yang berkaitan dengan pola pikir terutama dalam kaitannya dengan proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
c. Living skill yaitu ketrampilan beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. living skills adalah keterampilan hidup yang terdiri dari tanggung jawab, daya juang, keterampilan membangun dan memelihara hubungan sosial, kematangan emosi serta kemampuan mengelola diri.
4. Contoh learning skill, thingking skill dan living skill?
a. Contoh Learning Skill
• Memahami perubahan lingkungan makro dan mikro
• Memahami kompetensi yang perlu dimiliki sehingga mampu bersaing
• Perlu dibangun visi, misi, rencana aksi pribadi yang dilandasi nilai-nilai luhur di masyarakat
• Belajar mengenal diri, situasi konflik, dan gaya komunikasi
• Belajar mengenal orang lain
b. Contoh Thinking Skill
Pembelajar belajar dengan subject, supaya menjadi tahu, dapat melakukan dan menjadi perilaku yang tercermin dalam keseharian hidup. Belajar berarti melakukan proses berpikir. Belajar tidak cukup hanya sekedar tahu, menguasai ilmu dan menghafal semua teori yang dihasilkan orang lain. Dengan demikian, pembelajaran hendaknya melatih pembelajar mengembangkan kemampuan berpikirnya.
c. Contoh Living Skill
• Pengembangan pribadi
• Hubungan interpersonal
• Manajemen waktu
• Manajemen konflik
5. Bagaimana cara menguasai soft skill?
Penguasaan kualitas personal, antara lain:
- Tanggung jawab,
- Kepercayaan diri,
- Kemampuan sosial,
- Manajemen diri, dan
- Kejujuran
Penguasaan ketrampilan interpersonal, antara lain:
- Kemampuan berpartisipasi dalam tim
- Belajar dan berbagi pengetahuan
- Kepemimpinan
- Negosiasi dan kerjasama dalam keragaman
6. Apa ciri-ciri pembelajar sukses?
Ciri-ciri pembelajar sukses antara lain:
a. Jujur pada diri sendiri menghindarkan diri dari perasaan tidak nyaman karena dikuasai pikiran negatif. Menyatakan kejujuran dengan sopan, sadar waktu dan sadar situasi akan sangat membantu tujuan ini. Dengan berperilaku jujur, kita akan terhindar dari berbagai pengaruh negatif yang timbul akibat kesalahpahaman dan konflik yang terjadi.
b. Cerdas merupakan kemampuan untuk belajar memahami, memutuskan dan beropini berdasarkan alasan tertentu. Orang yang cerdas adalah orang yang memiliki dan menggunakan secara seimbang kemampuan berfikir secara analitis, kreatif dan praktis.
c. Berwawasa kepemimpinan merupakan seni atau cara mempengaruhi orang ( baik diri sendiri maupun orang lain ) dalam mencapai suatu tujuan. Sebelum mampu memimpin orang lain, seseorang harus mampu memimpin dirinya sendiri.
d. Berorientasi Jangka Panjang,
e. Rasa peduli sebenarnya tidak hanya terbatas ditujukan kepada nasib sesama. Kita juga harus memberikan perhatian kepada lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik.
f. Berbudaya, mahasiswa perlu menumbuhkan budaya pancasila yang ditandai dengan sikap toleran dan saling menghormati, jiwa dan semangat kebangsaan, serta sikap mendukung keutuhan bangsa dan negara.
g. Berwawasan Kewirausahaan.
Apa saja kiat menjadi pembelajar sukses?
Ketrampilan pengenalan diri
(ketrampilan yang diperlukan untuk penyesuaian lingkungan)
a. Pengembangan diri
b. Ketrampilan sosial
c. Manajemen diri Cerdas, selalu mau belajar
• Ketrampilan mengenali gaya belajar
• Ketrampilan kerjasama
• Ketrampilan berinovasi
• Ketrampilan memecahkan masalah
a. Identifikasi masalah
b. Mengumpulkan informasi
c. Alternatif pemecahan
d. Evaluasi konsekuensi kreatif dan inovatif
AIR CONSULTANT BUSINESS – MARKETING - CONSULTANT
PT. TUGU PERSADA NUSANTARA
HOTLINE : 085326739300
e-mail: airwb@hotmail.com, Wahyu_basf@yahoo.co.id atau wbasuki1@gmail.com
Blogger:airconsultant.blogspot.com, programdanakemitraanseluruhindonesia.blogspot.com, programpendanaannonlimit.blogspot.com
OFFICE: PLAOSAN RT.002 RW 020 TLOGOADI MLATI SLEMAN YOGYAKARTA 55286 INDONESIA
KARAKTER PEMBELAJAR
SUKSES
1. Jujur
Jujur pada diri sendiri menghindarkan diri dari perasaan tidak nyaman karena dikuasai pikiran negatif. Kejujuran pada diri sendiri merupakan awal dari upaya berperilaku jujur pada orang lain. Satu hal penting yang sangat diharapkan dalam mengungkapkan kejujuran adalah tidak menyakiti orang lain. Menyatakan kejujuran dengan sopan, sadar waktu dan sadar situasi akan sangat membantu tujuan ini. Dengan berperilaku jujur, kita akan terhindar dari berbagai pengaruh negatif yang timbul akibat kesalahpahaman dan konflik yang terjadi. Kejujuran tidak hanya terbatas dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga dalam kehidupan akademik.
2. Cerdas
Cerdas merupakan kemampuan untuk belajar memahami, memutuskan dan beropini berdasarkan alasan tertentu. Orang cerdas dilukiskan sebagai sosok dengan dua sifat . Pertama, orang cerdas mempunyai kemampuan belajar dari pengalaman. Orang cerdas akan senantiasa belajar dari kesalahan yang dibuatnya dan tidak mengulangi kesalahan yang sama secara terus menerus. Kedua, sifat yang dimiliki orang cerdas adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Orang yang cerdas adalah orang yang memiliki dan menggunakan secara seimbang kemampuan berfikir secara analitis, kreatif dan praktis.
3. Berwawasan Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan seni atau cara mempengaruhi orang ( baik diri sendiri maupun orang lain ) dalam mencapai suatu tujuan. Sebelum mampu memimpin orang lain, seseorang harus mampu memimpin dirinya sendiri. Sebagai pemimpin ketika berada di depan,di tengah, dan di belakang harus fleksibel.
4. Berorientasi Jangka Panjang
Orang yang berperilaku jangka pendek tidak berfikir mengenai dampak yang akan terjadi sebagai akibat tindakan yang dilakukannya, sedangkan orang yang berperilaku dengan berorientasi jangka panjang, tidak hanya sekedar memikirkan hasil (out put) saja tetapi juga berpikir mengenai dampak (out come). Mereka yang berperilaku jangka panjang berorientasi pada keuntungan yang akan di dapat pada jangka panjang, yang biasanya lebih bersifat permanen dan berkelanjutan. Perilaku yang berorientasi jangka panjang biasanya didasarkan pada suatu cita-cita atau angan-angan terhadap suatu hal.
5. Peduli
Sebagai makhluk sosial seseorang tidak dapat melepaskan diri orang lain. Saudara sendiri, tetangga, teman karib maupun masyarakat luas, itulah dunia sosialnya. Begitu juga kehidupan seorang mahasiswa dalam komunitas di perguruan tinggi, ia tidak bisa menghindari teman seangkatan, teman lain angkatan, dosen, serta karyawan. Bahkan ia juga tidak dapat menghindar dari masyarakat kampus serta masyarakat pada umumnya. Rasa peduli sebenarnya tidak hanya terbatas ditujukan kepada nasib sesama. Kita juga harus memberikan perhatian kepada lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik.
6. Berbudaya
Sebagai calon pemimpin bangsa, mahasiswa semestinya tidak mementingkan sifat-sifat kedaerahan dalam menanggapi problem masyarakat. Oleh karena itu, maka mahasiswa perlu menumbuhkan budaya pancasila yang ditandai dengan sikap toleran dan saling menghormati, jiwa dan semangat kebangsaan, serta sikap mendukung keutuhan bangsa dan negara.
7. Berwawasan Kewirausahaan
Oleh karena kewirausahaan berkaitan dengan suatu semangat, sikap dan perilaku dalam menciptakan sesuatu yang baru maka kewirausahaan dapat dilakukan di dalam sebuah organisasi (intrapreneurship) dan di luar organisasi atau membuka sebuah usaha (entrepreneurship). Jadi, istilah kewirausahaan tidak hanya sebatas usaha bisnis saja, tetapi semangat kewirausahaan merupakan suatu “virus” baru bagi mahasiswa pembelajar yang tidak ingin tergilas oleh roda perubahan. Bergabung dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan, baik yang bersifat ilmiah maupun non ilmiah membutuhkan energi besar. Namun hal ini adalah investasi bagi diri sendiri yang merupakan tabungan yang panjang.
Hard Skill and Soft Skill Apa itu Hard Skill ? dan Apa itu Sof Skill ?
Hard Skill adalah skill yang berdasarkan bidang yang betul-betul dia menjadi pakar di dalamnya. contohnya jika dia adalah seorang ekonom, maka dia seharusnya menguasai konsep-konsep atau teori-toeri tentang ilmu ekonomi serta dapat melakukan analisa terhadap persoalan-persoalan yang menjadi kepakaran dia.
Soft Skill Wah Kira-kira sih artinya kemampuan untuk berinteraksi dengan manusia lain. Ya sesama mahasiswa, kolega dll.
Baik hard skill maupun soft skill dua-duanya sangatlah penting, karena manusia pasti berinteraksi dengan manusia lain, baik di pekerjaan, di sekolah atau kuliah, di toko maupun pasar.
Pentingnya softskill tidak perlu diragukan, bagamana tidak seseorang yang genius sekalipun akan membutuhkan kemampuan soft skill ini. misalkan ada seseorang yang memiliki kepakaran yang handal di bidang elektronika, maka untuk dia bisa bekerja di bidangnya maka dia terlebih dahulu akan diuji dan diwawancarai oleh pemimpin atau bagian HRD suatu perusahaan, di saat wawancara itu dia harus berhasil mengkomunikasikan dengan baik apa yang dia tawarkan kepada perusahaan tempat dia akan bekerja.
di situlah awal kita tahu bahwa walaupun seseorang memiliki kejeniusan terhadap suatu bidang tanpa didukung oleh kemampuan bernegosiasi yang baik maka orang tersebut bisa menemui kesulitan ketika di suatu waktu dia harus berinteraksi dengan orang lain.
keyword : Hard Skill, Soft Skill, Negotiation, Emotional Spiritual Quotion
Terampil Saja Tak Cukup [intisari] Feb 7, '06 9:43 AM
for everyone
Di dalam ilmu bisnis, ada sebuah guyonan: Agar bisa sukses, Anda tak perlu pintar-pintar. Cukup rekrutlah orang-orang yang lebih pintar dari Anda. Gaji dan arahkan mereka untuk mencapai tujuan Anda.
Guyonan ini sekilas mungkin terdengar konyol dan berlebihan, bahkan mungkin keji. Tapi jika kita lihat sisi cerdiknya, petuah lucu ini tak sepenuhnya mengada-ada. Kemampuan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan adalah sebuah modal mahal dalam organisasi apa pun. Tidak semua orang memiliki kemampuan, yang oleh para ahli manajemen disebut kepemimpinan (leadership ) ini. Tak berlebihan jika dikatakan modal ini bisa mengantarkan pemiliknya menuju sukses.
Agar bisa sukses menjalankan bisnis, katakanlah bisnis perangkat komputer, seorang manajer puncak tak harus menguasai seluk-beluk teknologi komputer. Ia tak harus ahli tentang software ini-itu. Keahlian itu cukuplah dikuasai oleh anak buahnya di lini teknis. Yang ia perlukan adalah kemampuan memimpin orang-orang yang memiliki kemampuan teknis itu.
Dalam kajian psikologi sumber daya manusia (SDM), keahlian teknis digolongkan sebagai hard skill , sementara kepemimpinan tergolong soft skill . “Keduanya penting dan mutlak diperlukan oleh semua karyawan, pada semua level. Yang membedakan adalah kadarnya masing-masing,” terang Helni Widyastuti, konsultan lembaga rekrutmen SDM Auditsi, Jakarta.
Seorang pekerja di lini teknis, misalnya, lebih dituntut untuk menguasai teknologi (hard skill ) daripada kemampuan mengelola orang-orang (soft skill ). Sementara, seorang manajer lebih dituntut sebaliknya.
Tidak kasatmata
Sesuai namanya, hard skill berkaitan dengan sesuatu yang tampak dan terukur. Sementara, soft skill lebih berkaitan dengan sesuatu yang tak tampak dan sulit diukur.
Sekadar contoh, profesi akuntan di sebuah perusahaan. Supaya bisa menjalankan profesinya, dia harus menguasai teknik akunting dan bisa mengoperasikan komputer. Dua keterampilan ini adalah contoh hard skill. Kedua jenis keterampilan ini gampang dilihat, diukur, dan biasanya sudah didapat dari bangku kuliah.
Selain itu, ia juga dituntut memiliki ketelatenan, kesabaran, daya adaptasi terhadap kondisi kerja yang monoton, serta ketahanan terhadap stres pada saat beban kerja menumpuk. Kemampuan-kemampuan inilah yang disebut soft skill. Semua kemampuan ini bersifat abstrak, tidak kasatmata, sulit diukur, dan biasanya tidak diajarkan di bangku sekolah maupun kursi kuliah.
Konsep tentang soft skill sebetulnya merupakan pengembangan dari konsep yang selama ini dikenal dengan nama kecerdasan emosional (emotional intelligence ). Masing-masing profesi membutuhkan kombinasi hard skill dan soft skill jenis tertentu. Prioritasnya bisa berbeda-beda, bergantung pada jenis pekerjaanya.
Secara garis besar, soft skill bisa digolongkan ke dalam dua kategori: intrapersonal skill dan interpersonal skill. Intrapersonal skill lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang mengenali diri sendiri, motivasi diri, kerja keras, dan ambisi. Sementara interpersonal skill lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang berinteraksi dengan orang lain. Misalnya, empati, kepemimpinan, kemampuan bernegosiasi, memotivasi dan mengarahkan orang lain.
Karena sifatnya yang kasatmata, hard skill gampang dilihat tanpa harus bertemu dengan orang yang bersangkutan. Kompetensi jenis ini bisa langsung dilihat dari daftar riwayat hidup, pengalaman kerja, indeks prestasi, dan tes praktek.
Tidak demikian halnya dengan soft skill. Kemampuan jenis ini jauh lebih sulit diukur. Biasanya soft skill seseorang baru akan terlihat jelas ketika ia telah berada di lingkungan kerja yang sebenarnya. Pada saat seleksi karyawan, psikolog biasanya mengevaluasi soft skill seseorang melalui alat bantu psikotes dan wawancara yang mendalam.
Interpretasi hasil dari psikotes dan wawancara ini, kata Helni, memang tidak dijamin seratus persen benar, tapi sangat membantu proses evaluasi soft skill seseorang. Dengan evaluasi ini, psikolog terbantu untuk menempatkan the right person in the right place. “Apa pun posisi seorang karyawan, harus ada kombinasi yang sesuai antara hard skill dan soft skill ,” kata Nilawaty Bahar, kolega Helni di Auditsi.
Rahasia eksekutif dunia
Di kalangan para praktisi SDM, pendekatan ala hard skill semata-mata kini sudah ditinggalkan. Percuma jika hard skill oke tapi soft skill buruk. Ini bisa kita lihat dari iklan-iklan lowongan kerja yang kita jumpai setiap hari di koran:
Dibutuhkan, seorang manajer pemasaran; Lulusan minimal S-1; pengalaman minimal 3 tahun di bidang pemasaran; Lancar berkomunikasi dalam bahasa Inggris; Bisa bekerja dalam tim; Punya kemampuan negosiasi yang baik; bisa bekerja dalam tekanan; dan seterusnya.
Tiga syarat pertama (sarjana, pengalaman, dan kemampuan berbahasa Inggris) mewakili unsur hard skill . Sementara tiga syarat terakhir (kemampuan kerja tim, negosiasi, dan tahan stres) mewakili unsur soft skill . Tanpa didukung soft skill yang baik, hard skill hanya akan menjadi keterampilan kerja yang tak begitu diperlukan perusahaan.
Ini sering kita jumpai saat proses seleksi karyawan. Tak jarang, peserta tes yang nilai akademik dan kemampuan bahasa Inggrisnya lebih top, dipecundangi oleh peserta lain yang nilai akademik dan kemampuan bahasa inggrisnya lebih rendah. Fenomena macam ini tak terlalu mengherankan jika kita melihatnya dari aspek soft skill
Ini tidak berarti hard skill kurang begitu penting. hard skill tetap faktor penting dalam bekerja. Namun, keberhasilan seseorang dalam bekerja biasanya lebih ditentukan oleh soft skill yang baik.
David McClelland, psikolog kawakan dari Boston University, bahkan berani berfatwa, faktor utama keberhasilan para eksekutif kelas dunia adalah kepercayaan diri, daya adaptasi, kepemimpinan, serta kemampuan mempengaruhi orang lain. Semua faktor ini tidak lain, tak bukan, adalah soft skill
Saat perekrutan karyawan, banyak perusahaan lebih memilih mereka yang punya kepribadian lebih baik, meskipun hard skill -nya lebih rendah. Alasannya sederhana: pelatihan keterampilan jauh lebih mudah daripada pembentukan karakter. Jika seseorang memiliki motivasi belajar yang kuat (soft skill ), keterampilan apa pun menjadi gampang dipelajari. Sebaliknya, jika seseorang kurang memiliki motivasi, ia akan cenderung berpuas diri dengan kondisi yang stagnan.
Bisa dipelajari
Idealnya memang seorang karyawan memili hard skill oke, didukung oleh soft skill tangguh. Jika dua unsur ini bisa berada dalam satu pribadi, tak berlebihan bila dikatakan ia adalah sumber daya unggul pemilik masa depan. Para ahli manajemen percaya, jika ada dua orang dengan bekal hard skill yang sama, maka yang akan menang di masa depan adalah dia yang memiliki soft skill lebih baik. Ini tak diragukan lagi, kecuali ada faktor kebetulan atau keajaiban.
Pada level bawah, seorang karyawan umumnya tidak menghadapi banyak masalah berkaitan dengan soft skill. Apalagi jika ia berada di posisi operasional dan teknis. Masalah soft skill biasanya menjadi lebih kompleks ketika seseorang berada di posisi manajerial atau ketika ia harus berinteraksi dengan banyak orang.
Tak jarang, seorang karyawan bisa sukses ketika bekerja secara individual, tapi gagal ketika memegang posisi manajerial. Saat bekerja sendiri, ia bisa mengandalkan intrapersonal skill -nya seperti motivasi diri dan kerja keras. Tapi urusan menjadi lain ketika ia harus mengendalikan orang-orang dalam sebuah tim. Motivasi diri saja tak cukup. Harus ditunjang oleh intrapersonal skill, misalnya kepemimpinan, empati, kemampuan memotivasi dan mengarahkan orang lain.
Semakin tinggi posisi manajerial seseorang di dalam piramida organisasi, menurut Helni, soft skill menjadi semakin penting dievaluasi saat proses seleksi. Pada posisi itu, ia dituntut untuk berinteraksi dengan berbagai orang dengan berbagai kepribadian. Saat itulah kecerdasan emosionalnya diuji.
Umumnya kelemahan di bidang soft skill berupa karakter yang melekat pada diri seseorang. Sekadar contoh, orang-orang tertentu memiliki tabiat kerja individual, tak sabaran jika bekerja dengan orang lain, cenderung mengunggulkan keakuannya ketika bekerja dalam tim, atau suka mencari kambing hitam ketika menghadapi masalah bersama.
Sebagai sebuah karakter, kelemahan di bidang soft skill cenderung melekat pada diri seseorang. Butuh usaha keras untuk mengubahnya. Gampang diomongkan, susah dipraktikkan.
Meski demikian, Helni menegaskan, soft skill bukanlah sesuatu yang stagnan. Kemampuan ini bisa diasah dan ditingkatkan seiring dengan pengalaman kerja.
Ada banyak cara meningkatkan soft skill . Salah satunya, lewat learning by doing . Seorang manajer anyar bisa belajar kepemimpinan secara otodidak lewat praktik langsung menjadi manajer. Selain itu, soft skill juga bisa diasah dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan manajemen.
Di buku-buku pengembangan diri, soft skill muncul dalam berbagai bentuk ajaran. Namanya beda-beda tapi semua pada prinsipnya sama. Daniel Goleman mengajarkan kecerdasan emosional. Stephen R. Covey mengajarkan seven habits , dan belakangan eigth habits . Robert T. Kiyosaki mengajarkan How to Win Friends and Influence People.. Jansen Sinamo mengajarkan delapan etos kerja professional . Sementara Ary Ginanjar mengajarkan kecerdasan emosional-spiritua (ESQ). Semua konsep ini, tak lain, adalah pelajaran tentang soft skill
Salah satu cara ampuh meningkatkan soft skill adalah berinteraksi dan melakukan aktivitas dengan orang lain. Kelemahan dalam soft skill mirip tahi mata. Orang lain bisa melihat, tapi kita sendiri tidak mengetahuinya.
Unit Pembelajaran 3
Salahnya dimana?
A. Skenario
Tora, seorang alumni baru FKH UGM, terkejut ketika harus menghadapi ketatnya persaingan untuk memperoleh pekerjaan. Bila dilihat dari segi indek prestasi akademik, Tora merasa memiliki bekal yang sangat cukup untuk bersaing dengan teman-teman seangkatannya. Tetapi, hasil dari 5 kali seleksi yang diikutinya, menunjukkan bahwa keputusan manajemen perusahaan seringkali terbalik dengan prestasi akademik saat kuliah. Dua seleksi menerima beberapa lulusan yang menurutnya memang lebih pintar dibanding dirinya. Namun, dari 3 seleksi lainnya, beberapa calon yang diterima adalah lulusan yang dalam kategori IP, jauh dibawah dirinya. Tora kurang menyadari bahwa disamping penguasaan hard skill, seorang pembelajar dewasa juga harus mengembangkan soft skill seperti learning skill, thingking skill, dan living skill untuk menuju sukses.
B. Merumuskan Sasaran/Tujuan Belajar
1. Pengertian hard skill dan soft skill?
2. Contoh hard skill dan soft skill!
3. Pengertian learning skill, thingking skill dan living skill?
4. Contoh learning skill, thingking skill dan living skill?
5. Bagaimana cara menguasai soft skill?
6. Apa ciri-ciri pembelajar sukses?
7. Apa saja kiat menjadi pembelajar sukses?
C. Belajar Mandiri (Mengumpulkan Informasi)
1. Pengertian hard skill dan soft skill?
Hard Skill adalah kemampuan yang berdasarkan bidang yang benar-benar dikuasai di dalamnya, merupakan kemampuan seseorang dilihat dari kemampuan secara teknikal, jadi berkaitan dengan hal-hal mengenai permasalahan teknis. Hard Skill diperoleh mahasiswa selama mereka mengikuti studi di Perguruan Tinggi, biasanya kemampuan ini terukur dari nilai indeks prestasi mahasiswa.
Soft Skill artinya kemampuan untuk berinteraksi dengan manusia lain, merupakan kemampuan seorang individu yang cenderung ke sikap, atitude, perbuatan, pelayanan dll. Soft Skill berkenaan dengan hal-hal di luar permasalahan teknis. Soft skills tidak terefleksikan lewat angka-angka tetapi pola pikir dan perilaku. Pada dunia yang terus berkembang ke arah kapitalisme dan materialisme, soft skills inilah yang natinya akan laku keras
Para ahli manajemen percaya bahwa bila ada dua orang dengan bekal hard skill yang sama, maka yang akan menang dan sukses di masa depan adalah dia yang memiliki soft skill lebih baik. Mereka adalah benar-benar sumber daya manusia unggul, yang tidak hanya semata memiliki hard skill baik tetapi juga didukung oleh soft skill yang tangguh.
2. Contoh hard skill dan soft skill!
Contoh Hard Skill adalah segala ketrampilan yang dimiliki misalnya ketrampilan penguasaan Bahasa Asing, ketrampilan penguasaan mengenai IT dan lain-lain, seperti profesi akuntan di sebuah perusahaan. Supaya bisa menjalankan profesinya, dia harus menguasai teknik akunting dan bisa mengoperasikan computer.
Contoh Soft Skill meliputi social interaction, ketrampilan teknis dan managerial, kemampuan ini adalah salah satu hal yang harus dimiliki tiap mahasiswa dalam memasuki dunia kerja, misalnya ketelatenan, kesabaran, daya adaptasi terhadap kondisi kerja yang monoton, serta ketahanan terhadap stres pada saat beban kerja menumpuk. Semua kemampuan ini bersifat abstrak, tidak kasatmata, sulit diukur, dan biasanya tidak diajarkan di bangku sekolah maupun kursi kuliah.
3. Pengertian learning skill, thingking skill dan living skill?
a. Learning skill merupakan ketrampilan yang dapat digunakan untuk selalu mengembangkan diri melalui proses belajar yang selalu berkelanjutan.
b. Thingking skill yaitu ketrampilan berpikir untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Thinking skills merupakan suatu keterampilan yang berkaitan dengan pola pikir terutama dalam kaitannya dengan proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
c. Living skill yaitu ketrampilan beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. living skills adalah keterampilan hidup yang terdiri dari tanggung jawab, daya juang, keterampilan membangun dan memelihara hubungan sosial, kematangan emosi serta kemampuan mengelola diri.
4. Contoh learning skill, thingking skill dan living skill?
a. Contoh Learning Skill
• Memahami perubahan lingkungan makro dan mikro
• Memahami kompetensi yang perlu dimiliki sehingga mampu bersaing
• Perlu dibangun visi, misi, rencana aksi pribadi yang dilandasi nilai-nilai luhur di masyarakat
• Belajar mengenal diri, situasi konflik, dan gaya komunikasi
• Belajar mengenal orang lain
b. Contoh Thinking Skill
Pembelajar belajar dengan subject, supaya menjadi tahu, dapat melakukan dan menjadi perilaku yang tercermin dalam keseharian hidup. Belajar berarti melakukan proses berpikir. Belajar tidak cukup hanya sekedar tahu, menguasai ilmu dan menghafal semua teori yang dihasilkan orang lain. Dengan demikian, pembelajaran hendaknya melatih pembelajar mengembangkan kemampuan berpikirnya.
c. Contoh Living Skill
• Pengembangan pribadi
• Hubungan interpersonal
• Manajemen waktu
• Manajemen konflik
5. Bagaimana cara menguasai soft skill?
Penguasaan kualitas personal, antara lain:
- Tanggung jawab,
- Kepercayaan diri,
- Kemampuan sosial,
- Manajemen diri, dan
- Kejujuran
Penguasaan ketrampilan interpersonal, antara lain:
- Kemampuan berpartisipasi dalam tim
- Belajar dan berbagi pengetahuan
- Kepemimpinan
- Negosiasi dan kerjasama dalam keragaman
6. Apa ciri-ciri pembelajar sukses?
Ciri-ciri pembelajar sukses antara lain:
a. Jujur pada diri sendiri menghindarkan diri dari perasaan tidak nyaman karena dikuasai pikiran negatif. Menyatakan kejujuran dengan sopan, sadar waktu dan sadar situasi akan sangat membantu tujuan ini. Dengan berperilaku jujur, kita akan terhindar dari berbagai pengaruh negatif yang timbul akibat kesalahpahaman dan konflik yang terjadi.
b. Cerdas merupakan kemampuan untuk belajar memahami, memutuskan dan beropini berdasarkan alasan tertentu. Orang yang cerdas adalah orang yang memiliki dan menggunakan secara seimbang kemampuan berfikir secara analitis, kreatif dan praktis.
c. Berwawasa kepemimpinan merupakan seni atau cara mempengaruhi orang ( baik diri sendiri maupun orang lain ) dalam mencapai suatu tujuan. Sebelum mampu memimpin orang lain, seseorang harus mampu memimpin dirinya sendiri.
d. Berorientasi Jangka Panjang,
e. Rasa peduli sebenarnya tidak hanya terbatas ditujukan kepada nasib sesama. Kita juga harus memberikan perhatian kepada lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik.
f. Berbudaya, mahasiswa perlu menumbuhkan budaya pancasila yang ditandai dengan sikap toleran dan saling menghormati, jiwa dan semangat kebangsaan, serta sikap mendukung keutuhan bangsa dan negara.
g. Berwawasan Kewirausahaan.
Apa saja kiat menjadi pembelajar sukses?
Ketrampilan pengenalan diri
(ketrampilan yang diperlukan untuk penyesuaian lingkungan)
a. Pengembangan diri
b. Ketrampilan sosial
c. Manajemen diri Cerdas, selalu mau belajar
• Ketrampilan mengenali gaya belajar
• Ketrampilan kerjasama
• Ketrampilan berinovasi
• Ketrampilan memecahkan masalah
a. Identifikasi masalah
b. Mengumpulkan informasi
c. Alternatif pemecahan
d. Evaluasi konsekuensi kreatif dan inovatif
AIR CONSULTANT BUSINESS – MARKETING - CONSULTANT
PT. TUGU PERSADA NUSANTARA
HOTLINE : 085326739300
e-mail: airwb@hotmail.com, Wahyu_basf@yahoo.co.id atau wbasuki1@gmail.com
Blogger:airconsultant.blogspot.com, programdanakemitraanseluruhindonesia.blogspot.com, programpendanaannonlimit.blogspot.com
OFFICE: PLAOSAN RT.002 RW 020 TLOGOADI MLATI SLEMAN YOGYAKARTA 55286 INDONESIA
Langganan:
Postingan (Atom)